Beranda | Artikel
Anak Adalah Amanah Dari Allah
Sabtu, 2 Mei 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Anak Adalah Amanah Dari Allah merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani yang sangat penting untuk diketahui oleh setiap muslim. Kajian ini disampaikan pada 25 Jumadal Awwal 1441 H / 21 Januari 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Anak Adalah Amanah Dari Allah

Anak adalah titipan  Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia adalah makhluk ciptaan Allah, bukan ciptaan orang tuanya. Orang tua hanyalah perantara atau media anak ini lahir ke dunia. Jadi anak itu adalah amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia hadir ke dunia dalam keadaan suci, bersih, ibarat mutiara yang putih dan polos tanpa goresan dan tanpa ukiran. Mutiara yang siap diukir dan akan cenderung kepada apa-apa saja yang mempengaruhinya.

Jika anak dibiasakan baik maka dia akan menjadi baik. Jika diajari yang baik-baik niscaya dia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Jika sebaliknya, maka hasilnya seperti yang kita torehkan. Dan tentunya setiap orang tua punya harapan/cita-cita anaknya menjadi anak yang shalih, anak yang baik, anak yang berguna bagi orang tuanya, bagi Islam dan kaum Muslimin. Dan tentunya tidak ada orang tua yang menginginkan celaka atas anaknya. Bahkan hewan buas sekalipun tidak menginginkan hal tersebut terjadi pada anak-anaknya. Dan tentu saja ini adalah tugas dan tanggung jawab di pundak orang tua.

Rumah itu ibarat benteng bagi jiwa-jiwa yang masih suci dan polos ini. Yaitu anak-anak. Benteng ini harus benar-benar kokoh dan jangan mudah ditembus. Jika tidak, maka ini merupakan ancaman terhadap anak-anak kita. Rumah hendaknya berfungsi sebagai benteng yang menjaga anak-anak kita.

Yang pertama dilihat oleh anak adalah rumah dan lingkungan sekitarnya. Akan terekam gambaran kehidupan dari apa yang dilihatnya di rumah. Maka pendidikan itu dimulai dari rumah. Dan apa yang nampak dan muncul pada anak itu adalah hasil dari pendidikan di rumah.

Anak mudah dipengaruhi, dia ibarat sesuatu yang polos siap untuk menerima dan merekam ataupun menyerap apa saja yang akan diberikan kepadanya. Bagi anak, rumah dan orang tua adalah lingkungan yang paling dekat, pembentuk kepribadiannya. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الفِطْرَةِ

“Setiap anak terlahir diatas fitrah.”

Yaitu fitrah tauhid , fitrah kepada peribadatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah anak, dia lahir dengan tersegel rapi dengan segel tauhid . Ini yang harus dijaga oleh para orang tua. Memastikan bahwa segel ini tetap rapi sampai kita mengembalikannya kepada Allah.

فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ ، أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Kedua orang tuanya lah yang membuatnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.”

Di sini Nabi mengatakan: “Kedua orang tua.” Tidak lingkungan, sekolah dan lain sebagainya atau teman-temannya, sahabat-sahabatnya atau guru-gurunya, tidak. Tapi kedua orang tua. Hal ini karena orang tua adalah lingkungan yang terdekat bagi anak. Tidak ada yang lebih dekat kepada anak ini ketika dia lahir mungkin sampai dewasa selain dari orang tuanya. Mayoritasnya seperti itu.

Maka orang tua lah yang memberikan pengaruh yang terbesar bagi anak. pendidikan orang tua di rumah adalah pondasi dari pendidikan selanjutnya. Pribadinya akan terbentuk dari rumah. Bagaimana karakternya itu akan nampak dari pendidikan diberikan oleh orang tua di rumah. Maka pendidikan di rumah adalah pendidikan yang paling dasar, lebih dasar dari sekolah dasar. Sebelum anak itu kita titipkan ke pendidikan-pendidikan yang lain, anak itu lebih dulu belajar dari rumah. Dia melihat apa yang ada di rumah, itu adalah pendidikan yang kita berikan kepadanya. Maka seorang muslim, para orang tua hendaknya menjadikan rumah sebagai wadah dan sarana pendidikan, sebagai tempat belajar, sebagai madrasah. Karena ini adalah masa keemasan bagi anak yang tidak boleh disia-siakan. Yaitu pendidikan balita, ini pembentukan karakter. Itu dimulai dari rumah.

Pendidikan yang baik merupakan hak anak dan merupakan kewajiban orang tua. pendidikan bukanlah hibah atau hadiah yang turun dari langit, tidak jatuh begitu saja, jangan mengharap dapat durian runtuh. Kalau kita tidak melakukan langkah-langkah pendidikan di rumah, maka anak tidak akan dapat pendidikan dari rumahnya. Atau dia dapat pendidikan yang lain, atau tertanam padanya nilai-nilai yang negatif dari rumah. Sehingga ini akan mempengaruhi pendidikannya di luar. Anak itu bergantung kepada apa yang ditanamkan oleh orang tua di rumah.

Kita sering dengar sekolah yang mengeluhkan anak-anak muridnya, pondok-pondok yang mengeluhkan anak-anak muridnya karena membawa pengaruh-pengaruh negatis ke sekolah. Apalagi pondok yang dilekatkan image “Tempat penitipan anak nakal”. Begitu yang beredar dikalangan manusia. Padahal itu tidak benar dan tidak boleh kita mencitrakan atau memunculkan image bagi pondok seperti itu. Tapi demikian kenyataannya. Kadang-kadang orang tua itu memilih pendidikan pondok sebagai alternatif terakhir. Jika anak ini sudah mentok, istilahnya.

Tentunya ini perlu kesadaran para orang tua untuk memulai pendidikan dari rumah. Jangan berkata: “Nanti dia dididik di sekolah”, salah. Anak itu harus lebih dulu dididik di rumah. Akan nampak terlihat beda anak yang terdidik di rumah dengan anak yang tidak terdidik di rumah. Mungkin kita pernah melihat anak yang tenang, sopan, ketika diajak orang tuanya ke masjid dia mengikuti kegiatan di masjid, kalau shalat dia ikut shalat dengan baik, kalau ta’lim diikuti ta’lim dengan baik, tidak buat gaduh/ribut/onar, bahkan sebagian anak itu mencatat. Padahal masih kanak-kanak, mungkin masih SD atau mungkin masih TK. Ada yang betul-betul mendengarkan. Kita mendapati sebagian anak seperti itu.

Di lain pihak kita lihat sebagian anak justru berkebalikan, sangat kontras dari anak yang kita sebutkan pertama. Ketika dibawa ke masjid dia tidak shalat dan malah main-main bikin ribut/bikin onar/mengganggu orang yang shalat. Ketika dibawa ta’lim dia tidak duduk manis mendengarkan ta’lim, tapi dia lari sana lari sini sehingga panitia kewalahan dan kelabakan untuk menenangkan anak-anak ini. Ada yang menjerit-jerit sehingga mengganggu majelis ilmu. Kita lihat banyak anak seperti itu juga.

Apa yang membedakan kedua anak ini? Yang membedakan tentunya pendidikan di rumah. anak yang pertama ini pasti mendapatkan pendidikan dari rumah oleh kedua orang tuanya. Sementara yang kedua, kemungkinan besar anak ini tidak mendapatkan pendidikan di rumah. Dia dibiarkan saja oleh orang tuanya. Sehingga dia tidak tahu adab di masjid, adab di majelis ilmu.

Jangan katakan: “Oh dia masih anak-anak tidak tahu.” Ya memang anak-anak tidak tahu, tapi yang tahu di sini adalah orang tuanya. Anak-anak memang tidak tahu, anak-anak perlu dikasih tahu. Dan anak-anak bisa dikasih tahu, bisa dididik. anak singa saja bisa dididik, apalagi anak manusia. Jadi jangan beralasan yang macam-macam.

Ketika anak membuat onar di masjid ada sebagian orang tua yang memang bebal, tidak punya perasaan, raja tega, dibiarkannya saja anaknya mengganggu ta’lim, mengganggu shalat, kalau anaknya dimarahi marah dia, kadang-kadang beralasan dengan alasan yang tidak bisa dibenarkan.

Sebagian orang tua mengatakan: “Tidak boleh melarang anak-anak ke masjid. Tidak ada larangan membawa anak-anak ke masjid.” Iya betul tidak ada, cuma KEWAJIBAN  orang tua untuk memastikan anak ini tidak mengganggu segala kegiatan yang ada di masjid, baik itu shalat maupun ta’lim.

Jadi ini menunjukkan kepada kita semua perbedaan anak yang mendapatkan pendidikan dari rumahnya dan yang tidak mendapatkan pendidikan dari rumah. Maka pendidikan dari rumah itu adalah satu hal yang sangat fundamental, sangat dasar, sangat basic sekali. Inilah amanah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus kita emban dengan baik.

Download dan simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-12:33

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani

Kajian Islam Tentang Anak Adalah Amanah Dari Allah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48399-anak-adalah-amanah-dari-allah/